Diet Spiritual dan Makan Kenyang ala Dewi Hughes
A
A
A
Obesitas membawa penderitaan bagi Dewi Hughes. Sebelumnya, ia mengandalkan suntikan painkiller untuk menghilangkan nyeri di tubuh. Tidak lagi mempan, ia pun bertekad merubah pola hidupnya. Tidak tanggung-tanggung, gaya hidup yang dilakoninya berubah 180° menjadi lebih sehat.
Semua bermula dari kebiasaan presenter yang juga motivator ini meminta injeksi pain killer untuk mengatasi nyeri yang dirasakan sekujur tubuhnya. "Memasuki usia 45, badan terasa lelah, kepala sakit, semua badan terasa sakit. Saya minta disuntik painkiller oleh dokter soalnya besok mau show. Tapi setelah beberapa tahun pereda nyeri itu tidak lagi manjur," kenang master hipnoterapi ini.
Alhasil Dewi Hughes harus terbaring di kasur hingga beberapa lama. Saat itulah ia berpikir untuk segera melakukan perubahan. Sebab ia tidak ingin merepotkan keluarga jika ia sakit. Ia pun mulai mencari info bagaimana menurunkan berat badan yang sehat. Dari situ ia mengetahui ternyata para lansia di Brussel masih memiliki stamina yang bagus berkat mengonsumsi makanan sehat.
"Dan yang terpenting selain makanan adalah mereka memiliki pikiran yang bahagia dan damai. Ini sejalan dengan konsep hipnoterapi yang saya tekuni," imbuh Dewi. Berangkat dari pemikiran itu, Dewi mulai berdamai dengan hati dan pikirannya agar lebih tenang dan damai.
Sehingga sugesti-sugesti positif pun bisa masuk ke alam bawah sadarnya. "Makanya saya menamakan diet ini diet spiritual," kata wanita yang sukses turunkan 91 kilogram dari 150 kilogram ini. Menurutnya, jika hati tenang maka tubuh akan kompromi sehingga dengan sendirinya bisa menahan diri. Setelahnya, jika melihat junk food maka kita akan berpikir lagi apakah kita benar memerlukan makanan tersebut.
"Jadi diet saya ini bukan untuk menurunkan berat badan tapi untuk hidup lebih sehat termasuk pikiran dan hati yang sehat," paparnya. Sementara itu, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiovaskular Rumah Sakit Awal Bros Tangerang dr. Yudistira Panji Sentosa SpPD-KKV mengemukakan tren masyarakat saat ini yang ingin memiliki berat badan ideal dengan cara instan.
Misalnya seperti melakukan diet tanpa olahraga, diet dengan mengkonsumsi lemak saja, ataupun diet dengan tinggi protein, dan sebagainya. “Diet yang rendah karbo dan tinggi lemak dapat berakibat meningkatkan kolesterol sehingga berisiko terkena serangan jantung,” ujar dr. Yudistira.
Dewi sendiri mengaku diet yang dijalaninya bukanlah diet yang ekstrem atau aneh-aneh. Ia hanya tidak mengonsumsi gula, garam, gluten, minyak, makanan kemasan, dan makanan berpengawet. Untuk gula bisa ia dapatkan dari buah-buahan yang juga terbukti lebih mengenyangkan daripada nasi misalnya.
Ia mengonsumsi real food untuk hidup lebih sehat yang diterapkannya. Ini adalah makanan yang tumbuh di bumi dan disinari matahari seperti buah, sayuran, kacang-kacangan, daging, ayam, dan lainnya. Ia melengkapinya dengan olahraga ringan yang rutin seperti latihan pernapasan dan jalan di treadmill. Bahkan setiap dua jam sekali ia harus makan, sehingga dia pun tidak merasa kelaparan.
Cemilannya seperti aneka sayuran, taburan kacang mete yang sudah disangrai, edamame rebus, atau irisan daging ayam. Hal ini sejalan dengan pendapat dr. Yudistira. Menurutnya diet bukanlah tidak makan atau mengurangi jatah makan tetapi dengan mengatur asupan nutrisi dan pola makan berdasarkan jenis dan waktunya.
"Diet juga harus diselingi dengan olahraga dan istirahat yang cukup agar tubuh tetap bugar," ingatnya. Terkait obesitas, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan adanya tren peningkatan proporsi obesitas pada orang dewasa.
Riskesdas 2007 menunjukkan ada 10,5% naik ke 14,8 % di 2013, dan meningkat lagi menjadi 21,8 persen di 2018. Obesitas menjadi sumber berbagai penyakit sebut saja hipertensi, penyakit jantung, stroke, termasuk diabetes yang juga menyerang anak-anak. Dikatakan DR. dr.
Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K) diabetes tipe 2 misalnya, sangat erat kaitannya dengan obesitas, kurang aktivitas fisik, dan hipertensi. "Termasuk dislipidemia (kadar lemak dalam aliran darah tidak normal), diet tidak sehat dan merokok," kata dr. Aman.
Semua bermula dari kebiasaan presenter yang juga motivator ini meminta injeksi pain killer untuk mengatasi nyeri yang dirasakan sekujur tubuhnya. "Memasuki usia 45, badan terasa lelah, kepala sakit, semua badan terasa sakit. Saya minta disuntik painkiller oleh dokter soalnya besok mau show. Tapi setelah beberapa tahun pereda nyeri itu tidak lagi manjur," kenang master hipnoterapi ini.
Alhasil Dewi Hughes harus terbaring di kasur hingga beberapa lama. Saat itulah ia berpikir untuk segera melakukan perubahan. Sebab ia tidak ingin merepotkan keluarga jika ia sakit. Ia pun mulai mencari info bagaimana menurunkan berat badan yang sehat. Dari situ ia mengetahui ternyata para lansia di Brussel masih memiliki stamina yang bagus berkat mengonsumsi makanan sehat.
"Dan yang terpenting selain makanan adalah mereka memiliki pikiran yang bahagia dan damai. Ini sejalan dengan konsep hipnoterapi yang saya tekuni," imbuh Dewi. Berangkat dari pemikiran itu, Dewi mulai berdamai dengan hati dan pikirannya agar lebih tenang dan damai.
Sehingga sugesti-sugesti positif pun bisa masuk ke alam bawah sadarnya. "Makanya saya menamakan diet ini diet spiritual," kata wanita yang sukses turunkan 91 kilogram dari 150 kilogram ini. Menurutnya, jika hati tenang maka tubuh akan kompromi sehingga dengan sendirinya bisa menahan diri. Setelahnya, jika melihat junk food maka kita akan berpikir lagi apakah kita benar memerlukan makanan tersebut.
"Jadi diet saya ini bukan untuk menurunkan berat badan tapi untuk hidup lebih sehat termasuk pikiran dan hati yang sehat," paparnya. Sementara itu, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiovaskular Rumah Sakit Awal Bros Tangerang dr. Yudistira Panji Sentosa SpPD-KKV mengemukakan tren masyarakat saat ini yang ingin memiliki berat badan ideal dengan cara instan.
Misalnya seperti melakukan diet tanpa olahraga, diet dengan mengkonsumsi lemak saja, ataupun diet dengan tinggi protein, dan sebagainya. “Diet yang rendah karbo dan tinggi lemak dapat berakibat meningkatkan kolesterol sehingga berisiko terkena serangan jantung,” ujar dr. Yudistira.
Dewi sendiri mengaku diet yang dijalaninya bukanlah diet yang ekstrem atau aneh-aneh. Ia hanya tidak mengonsumsi gula, garam, gluten, minyak, makanan kemasan, dan makanan berpengawet. Untuk gula bisa ia dapatkan dari buah-buahan yang juga terbukti lebih mengenyangkan daripada nasi misalnya.
Ia mengonsumsi real food untuk hidup lebih sehat yang diterapkannya. Ini adalah makanan yang tumbuh di bumi dan disinari matahari seperti buah, sayuran, kacang-kacangan, daging, ayam, dan lainnya. Ia melengkapinya dengan olahraga ringan yang rutin seperti latihan pernapasan dan jalan di treadmill. Bahkan setiap dua jam sekali ia harus makan, sehingga dia pun tidak merasa kelaparan.
Cemilannya seperti aneka sayuran, taburan kacang mete yang sudah disangrai, edamame rebus, atau irisan daging ayam. Hal ini sejalan dengan pendapat dr. Yudistira. Menurutnya diet bukanlah tidak makan atau mengurangi jatah makan tetapi dengan mengatur asupan nutrisi dan pola makan berdasarkan jenis dan waktunya.
"Diet juga harus diselingi dengan olahraga dan istirahat yang cukup agar tubuh tetap bugar," ingatnya. Terkait obesitas, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan adanya tren peningkatan proporsi obesitas pada orang dewasa.
Riskesdas 2007 menunjukkan ada 10,5% naik ke 14,8 % di 2013, dan meningkat lagi menjadi 21,8 persen di 2018. Obesitas menjadi sumber berbagai penyakit sebut saja hipertensi, penyakit jantung, stroke, termasuk diabetes yang juga menyerang anak-anak. Dikatakan DR. dr.
Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K) diabetes tipe 2 misalnya, sangat erat kaitannya dengan obesitas, kurang aktivitas fisik, dan hipertensi. "Termasuk dislipidemia (kadar lemak dalam aliran darah tidak normal), diet tidak sehat dan merokok," kata dr. Aman.
(don)